Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ferdy Sambo Tersudut Desakan Pemeriksaan Dubur Sang Jenderal Makin Kencang Motif LGBT Kasus Brigadir J Terkuak

\TERAS GORONTALO - Ferdy Sambo kian tersudut dengan adanya desakan untuk melakukan pemeriksaan dubur sang jendera yang semakin menguat.

Hal itu mengingat, hasil otopsi Brigadir J akan segera diumumkan.

Pasalnya, untuk mencari tahu kebenaran terkait motif LGBT ini, pihak keluarga meminta agar dubur dan kelamin Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J juga diotopsi.

Isu LGBT tersebut semakin kencang berembus sejak Irjen Ferdy Sambo ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Brigadir J.

Hal yang membuat masyarakat semakin yakin akan adanya isu LGBT dalam kasus pembunuhan Brigadir J yang melibatkan Ferdy Sambo adalah karena pihak kepolisian tidak

Kabareskrim Polri Agus Andrianto menyebutkan bahwa motif pembunuhan Brigadir J yang dilakukan oleh Irjen Ferdy Sambo hanya akan menjadi konsumsi penyidik.

Sementara itu, pernyataan Deolipa Yumara terkait isu Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) dalam pusaran kasus pembunuhan berencana Brigadir J atau Brigadir Yosua Hutabarat membuat kasus ini semakin runyam.

Deolipa Yumara merupakan pengacara kedua yang ditunjuk Bareskrim Polri membela Bharada E atau Bharada Richard Eliezer.

Hanya saja, kuasa hukum Deolipa Yumara hanya aktif dalam kurun waktu kurang dari sepekan yakni Sabtu 6 Agustus hingga 10 Agustus 2022.

Dikutip dari Seputar Tangsel, Deolipa Yumara menyinggung soal kecemburuan sesama jenis pria dan pria.

Deolipa Yumara membeberkan, Ferdy Sambo memiliki ketertarikan seksual, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Deolipa Yumara menuturkan, informasi bahwa Ferdy Sambo adalah biseksual ia dapatkan dari seorang temannya yang bertugas di Kepolisian, yakni Kanit Doktor Suradi.

Untuk mencari tahu kebenaran terkait motif LGBT ini, pihak keluarga meminta agar dubur dan kelamin Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J juga diotopsi.

Autopsi ini telah dilakukan pada Rabu, 27 Juli 2022 lalu dan kemungkinan akan diumumkan hari ini, Senin, 22 Agustus 2022.

Meski motif LGBT ini belum dipastikan kebenarannya, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso menilai pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD seakan membenarkan hal ini.

Kala itu, Mahfud MD mengatakan motif pembunuhan Brigadir J sensitif dan menjijikan.

Hasil autopsi ulang Brigadir Joshua dikabarkan akan diumumkan hari ini oleh tim dokter forensik. Diharapkan hasil autopsi dubur Brigadir Joshua juga akan dibuka, karena akan menentukan ada tidaknya motif LGBT dari Ferdy Sambo.

Autopsi dubur dan kelamin Brigadir Joshua ternyata merupakan permintaan khusus dari keluarga.

Menko Polhukam Mahfud MD sebelumnya mengatakan motif pembunuhan yang dilakukan mantan Kadiv Propam, Irjen Ferdi Sambo terhadap korban Brigadir Joshua biarlah akan dikonstruksikan hukumnya

Pasalnya motif pembunuhan Brigadir Joshua tersebut sangat sensitif dan menjijikkan serta hanya bisa didengar oleh orang-orang dewasa.

Sementara itu, dikuti dari podcast Hazairin Sitepu, Ketuaa Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso juga turut menanggapi perihal LGBT yang sebelumnya dikatakan eks pengacara Bharada E terhadap Ferdy Sambo.

Sugeng Teguh Santoso pun yakin bahwa isu LGBT di balik pembunuhan berencana Brigadir J akan terungkap usai hasil otopsi terhadap dubur dan kelamin korban akan segera keluar.

“Jadi selain LGBT ini juga isu yang saya dengar. Yang menarik bukti atopsi karena keluarga Joshua minta otopsi dubur. Kita gak tau ni. Hari Senin katanya mau ada laporan hasil otopsi,” kata Sugeng.

Menurutnya, kebenaran adanya motif LGBT dalam kasus kematian Brigadir J akan terang benderang bila hasil otopsi diumumkan.

Mengingat sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud MD seakan membenarkan bahwa motif pembunuhan Brigadir Joshua adalah LGBT.

“Tapi pernyataaan itu (LGBT) terwakili dengan pernyataan Dedi Prasetyo. Kasian kedua belah pihak. Si Pak Mahfud mengatakan, motif ini 18 tahun ke atas. Menjijikkan,” ujarnya.

Menurutnya, perihal menjijikan yang diisyaratkan Mahfud MD tak mengarah ke perselingkuhan.

Sebab perselingkuhan itu sudah hal biasa terjadi di tengah masyarakat. Berbeda dengan LGBT yang diketahui bahwa masyarakt sangat menolak LGBT tersebut.

“Menjijikkan. Nah menjijikkan itu apa. Kalau misalnya selingkuh tidak menjijikkan. Selingkuh itu sesuatu yang biasa kalau dia hiperseksual. Tapi kalau konteks seksual yang menjijikkan itu dalam sosial kita yang tidak bisa diterima. Ya LGBT,” ujarnya. ***